~ w3LcoMe in My BLo666 ~


Selamat datang di blog saya ...

" Buat agan - agan dan nona noni yang gemar puisi siLahkan share atu melihat - lihat puisi - puisi karyaku ini "

Senin, 25 Juli 2011

Mentari Pujaan Hati







Mentari
Jangan pergi
Teruslah menyinari
Kau bintang hati

Mentari
Jangan tinggalkanku sendiri
Aku tak mampu lalui hari
Hari - hari sepi sunyi
tanpamu di sisi

Aku mau kau selalu menemani
Kau mentari pujaan hati
Mentari
Kembalilah ke sisi
Hati ini begitu sunyi
sendiri menanti

Malam teramat kelam
Jiwa ini terlalu suram
Mentari pujaan hati
Kembalilah
hiasi mimpi - mimpi

Senin, 14 Maret 2011

Sentuh Citaku




Rimbun harapan di dahan keringku
Hijau cita di ranting patahku
Biru bintang ikat kepalaku
Serpih kaca balut lemah tubuhku

Mentari
masih enggankah engkau menyinari
Rembulan
belum puaskah kau taruh harapan

Biru bintang
lepas semua duri tikam otakku
Di hadapanku karpet merah terbentang
raguku menuju

Wahai Tuan
sentuh cita hambaMU
HatiMU suci tebar kasih
sirat mukamu welas asih
Tuan
Sejatiku hambamu
Kau tampar aku tanpa alasan
Terkapar aku di kilau lantaiMU

Rabu, 26 Januari 2011

Negeriku


Negeriku
Negeri para pembual
Jual kata tanpa fakta
Negeriku
Negeri para pencuri
Selundupkan tangan lalu berlari
Negeriku
Negeri para penjagal
Hilang nyawa alas sandal
Negeriku
Negeri sesak kemiskinan
Kelaparan kematian adalah tujaun perundangan
Negeriku
Negeri para pengangguran
Ijazah sampah tanpa kekeluargaan
Negeriku
Negeri para pecundang
Atas nama uang kemenangan
Negeriku
Negeri para dewa suci
Sesuci air seni
Negeriku
Negeri sejuta malapetaka
Banjir longsor sahabat setia

Mawarku

Mawarku
Kau penghias taman hati
Kau pelebur semu
Kau pelipur jiwa sunyi
Kau penerang gelap semu
Kau pembara asa sepi

Mawarku
Kau tabur benih kasih di hati
Kau tebar keharuman setiap hari
Kau bermekaran di hati

Mawarku
Cantikmu menghantuiku
Indahmu hipnotisku
Sucimu runtuhkan egoku

Mawarku
Usah kau tancapkan duri di hati
Sungguh kuteerpukul pilu
Usah kau berpaling diri
Sungguh kumendambamu
Mawarku
Jangan kau layu
Jangan kau gugur dalam semu
Jangan berlari dari hatiku

Mawarku
Kujaga merahmu
Kurawat indahmu pelopakmu
Kulindungi mahkotamu
Kukenang harummu
Aku menantimu

Layang


Ulurkan tanganmu biar kuterbang tinggi
Lepas risaumu biarku melayang jauh
Buang ragumu biar kuberlari
Hempas gundahmu biar kumengayuh

Keseberangi rimbun kebencian 
Kulalui rancu kehidupan
Bebas lepas dari belenggu kepenatan
Bebas lepas dari jeratan kegalauan

Angin navigatorku
Akan kuinjak kulawan awan hitam itu
Akan kubungkam mulut halilintar
Aku tak gentar
Aku terbang menuju mentari
Pasti kugapai pelangi

Bukan kuterbang lebih tinggi
Meski kutau aku takkan lama melayang
Biar kuberlari menuju mentari
Meski kutau aku gersang

Dera Jiwa






Kering sudah asa
Gersang sudah jiwa
Raib sudah harapan
Sirna sudah impian

Kutapaki hilir waktu
Gapai langit kelabu
Kususuri pelik angan
Kukejar mentari harapan

Biarlah angan menjemu
Berkejaran mimpi semu
Biar masa merayu
Biar masa mendayu

Berayun di ranting kesunyian
Bersandar di dahan kerancuan
Berteduh di bawah nila
Bersimpuh di kaki asa

Minggu, 09 Januari 2011

Hati



Bukan aku diarti
Bukan aku dikagumi
Bukan aku dinanti
Bukan aku dicari
Bukan aku dimengerti
Bukan aku tapaki
Bukan aku tercaci
Bukan aku termaki
Bukan aku tersakiti
Bukan aku ternodai
Meski pedih peri
Aku
terkubur sanubari
alaskan rasa asa tanpa mati
Aku
bukan kepala tanpa mata
bukan kaki tanpa jemari
bukan mahkota tanpa telinga
bukan panca tanpa sukma
Aku
atas Tuan menghendaki
Aku
hati

Secawan Kopi

Asa
Kutakar dua sendok kopi satu sendok gula dalam cawan
Kusedu air mendidih
Kuaduk dalm kesenjangan
Kulihat gula dan kopi saling tindih

Indahnya uap air menari
menari di atas pahit kopi
Kuanugrahkan mahkota di atas kepala kopi
Kubiarkan mereka saling berkelahi
Menang kalah siapa peduli
Begitu indah uap kopi menari
menari di kepala hitam kopi
Tak lagi kudapati mereka saling berkelahi
Berterbangan semerbak wangi kopi
Begitu hangat tuk dinikmati

Kuaduk lagi agar mereka bersatu tak beradu
Kusentuh hangat tubuhnya
Begitu hangat hingga rembulanpun tersipu malu
Semakin erat kudekap tubuhnya
Secawan kopi
Begitu hangat tubuhmu
Secawan kopi
Begitu indah pesonamu
Secawan kopi
Begitu harum tubuhmu
Secawan kopi
Begitu elok dikau merayu
Secawan kopi
Izinkanku lebih erat memelukmu
Secawan kopi
Izinkanku menikmati tubuhmu
Secawan kopi
Izinkanku mencumbu manis bibirmu
Secawan kopi
Izinkanku lebih lama mendekapmu
Secawan kopi
Izikanku mengaduk aduk isi hatimu
Secawan kopi
Kuteguk liurku karna kemolekan tubuhmu
Secawan kopi
Kusuka padamu
Secawan kopi
Sungguh kumenggilaimu
Secawan kopi
Sungguh kumencintaimu
Secawan kopi
Biar waktu merayu kuhanya ingin memilikimu
Secawan kopi
Takkan kubiarkan seekor semut menjamah tubuhmu

Bunga Dalam Mimpi

Pujaku


Kukenal dikau dari jauh
Ingin kusapa dengan obrolan
Membisu hatiku rapuh
Hanya kukata dalam tulisan

Bak patung mulut terkunci
Bak batu berdiam diri
Berteman sunyi kusendiri
Mengukir kata mencipta puisi

Tersimpan dalam angan
indahmu bunga impian
Tersimpan rasa di hati
tak mampu kuarti

Kau datang dan pergi bak mentari
Tak mungkin kumerayu
Kau bunga dalam mimpi

Ingin kupetik dirimu
kutakut kau layu
Ingin kulukis indah pesonamu
berat tanganku hampa semu

Kau bunga dalam mimpi
takkan kumeraih
Kini kau terbang jauh
tinggalkanku dalam sepi
Kau pergi bersama embun pagi

SebaTan6 xehiduP4N

Rapuh


Benih kau tanam
Tumbuh tunas berkembang
Kau sirami cinta meski waktu tenggelam
Kau rawat dengan berjuta kasih sayang

Bukan lagi tunas kau kunjungi di taman
Bukan lagi tunas haus kasih sayang
Bukan lagi tunas haus tanpa cinta
Lain kau dapati hanya sebatang pohon beranting berdaun
Meski
ranting goreskan luka di hatimu
daun berguguran sesakkan benakmu
akar surutkan air matamu
hingga air matamu kering dalam kelabu
Namun
engkaulah mentari bersinar setulus hati

Maaf
Maafkan daku
Daku bukan sebatang pohon idaman
Daku bukan sabatang pohon impian
Bukan
bukan sebatang pohon berbuah manis lebat bersemi di hati
Daku hanya sebatang pohon yang sering engkau jumpai di hulu jalan
Sebatang pohon dengan sebatang kehidupan

AKU

Sunyi


Aku
Sepercik cahya hati
Aku
Setitik asa liri
Aku
Segenggam mimpi tanpa arti
Aku
Sebutir angan ilusi
Aku
Sebatang kara berdiri
Aku
Setetes harapan peri
Aku
Sepucuk semu kelabu
Aku
Serpihan kaca berdebu
Aku
Sehelai fatamorgana menipu
Aku
Sedingin air membeku

Rabu, 06 Oktober 2010

Puisi Untuk Ibu


Kerang tak pernah menyesal ketika harus kehilangan mutiara

Daunpun tak pernah menyesal ketika harus gugur dari pohonnya

Tapi aku pasti akan menyesal jika harus kehilangan dirimu

Dirimu wahai pujaan hatiku


Ibu