MaLiki SaSTRa
* Maliki adalah sebuah kata yang fiambil dari bahasa Arab yang bermakna " RAJA atau Sang PENGUASA " dan telah tertuklis jelas dalam firman ALLOH di dalam AL_Qur'an Surah AL_Fatihah Ayat ke 4 dan dalam Surah An_Nas Ayat ke 2 . Sedangkan " Sastra " adalah " Perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan " .
~ w3LcoMe in My BLo666 ~
Selamat datang di blog saya ...
" Buat agan - agan dan nona noni yang gemar puisi siLahkan share atu melihat - lihat puisi - puisi karyaku ini "
Minggu, 31 Juli 2011
Jumat, 29 Juli 2011
Senin, 25 Juli 2011
Mentari Pujaan Hati
Mentari
Jangan pergi
Teruslah menyinari
Kau bintang hati
Mentari
Jangan tinggalkanku sendiri
Aku tak mampu lalui hari
Hari - hari sepi sunyi
tanpamu di sisi
Aku mau kau selalu menemani
Kau mentari pujaan hati
Mentari
Kembalilah ke sisi
Hati ini begitu sunyi
sendiri menanti
Malam teramat kelam
Jiwa ini terlalu suram
Mentari pujaan hati
Kembalilah
hiasi mimpi - mimpi
Senin, 14 Maret 2011
Sentuh Citaku
Rimbun harapan di dahan keringku
Hijau cita di ranting patahku
Biru bintang ikat kepalaku
Serpih kaca balut lemah tubuhku
Mentari
masih enggankah engkau menyinari
Rembulan
belum puaskah kau taruh harapan
Biru bintang
lepas semua duri tikam otakku
Di hadapanku karpet merah terbentang
raguku menuju
Wahai Tuan
sentuh cita hambaMU
HatiMU suci tebar kasih
sirat mukamu welas asih
Tuan
Sejatiku hambamu
Kau tampar aku tanpa alasan
Terkapar aku di kilau lantaiMU
lepas semua duri tikam otakku
Di hadapanku karpet merah terbentang
raguku menuju
Wahai Tuan
sentuh cita hambaMU
HatiMU suci tebar kasih
sirat mukamu welas asih
Tuan
Sejatiku hambamu
Kau tampar aku tanpa alasan
Terkapar aku di kilau lantaiMU
Rabu, 26 Januari 2011
Negeriku
Negeriku
Negeri para pembual
Jual kata tanpa fakta
Negeriku
Negeri para pencuri
Selundupkan tangan lalu berlari
Negeriku
Negeri para penjagal
Hilang nyawa alas sandal
Negeriku
Negeri sesak kemiskinan
Kelaparan kematian adalah tujaun perundangan
Negeriku
Negeri para pengangguran
Ijazah sampah tanpa kekeluargaan
Negeriku
Negeri para pecundang
Atas nama uang kemenangan
Negeriku
Negeri para dewa suci
Sesuci air seni
Negeriku
Negeri sejuta malapetaka
Banjir longsor sahabat setia
Mawarku
Mawarku
Kau penghias taman hati
Kau pelebur semu
Kau pelipur jiwa sunyi
Kau penerang gelap semu
Kau pembara asa sepi
Mawarku
Kau tabur benih kasih di hati
Kau tebar keharuman setiap hari
Kau bermekaran di hati
Mawarku
Cantikmu menghantuiku
Indahmu hipnotisku
Sucimu runtuhkan egoku
Mawarku
Usah kau tancapkan duri di hati
Sungguh kuteerpukul pilu
Usah kau berpaling diri
Sungguh kumendambamu
Mawarku
Jangan kau layu
Jangan kau gugur dalam semu
Jangan berlari dari hatiku
Mawarku
Kujaga merahmu
Kurawat indahmu pelopakmu
Kulindungi mahkotamu
Kukenang harummu
Aku menantimu
Layang
Ulurkan tanganmu biar kuterbang tinggi
Lepas risaumu biarku melayang jauh
Buang ragumu biar kuberlari
Hempas gundahmu biar kumengayuh
Keseberangi rimbun kebencian
Kulalui rancu kehidupan
Bebas lepas dari belenggu kepenatan
Bebas lepas dari jeratan kegalauan
Angin navigatorku
Akan kuinjak kulawan awan hitam itu
Akan kubungkam mulut halilintar
Aku tak gentar
Aku terbang menuju mentari
Pasti kugapai pelangi
Bukan kuterbang lebih tinggi
Meski kutau aku takkan lama melayang
Biar kuberlari menuju mentari
Meski kutau aku gersangDera Jiwa
Kering sudah asa
Gersang sudah jiwa
Raib sudah harapan
Sirna sudah impian
Kutapaki hilir waktu
Gapai langit kelabu
Kususuri pelik angan
Kukejar mentari harapan
Biarlah angan menjemu
Berkejaran mimpi semu
Biar masa merayu
Biar masa mendayu
Berayun di ranting kesunyian
Bersandar di dahan kerancuan
Berteduh di bawah nila
Bersimpuh di kaki asa
Minggu, 09 Januari 2011
Hati
Bukan aku diarti
Bukan aku dikagumi
Bukan aku dinanti
Bukan aku dicari
Bukan aku dimengerti
Bukan aku tapaki
Bukan aku tercaci
Bukan aku termaki
Bukan aku tersakiti
Bukan aku ternodai
Meski pedih peri
Aku
terkubur sanubari
alaskan rasa asa tanpa mati
Aku
bukan kepala tanpa mata
bukan kaki tanpa jemari
bukan mahkota tanpa telinga
bukan panca tanpa sukma
Aku
atas Tuan menghendaki
Aku
hati
Secawan Kopi
Asa |
Kutakar dua sendok kopi satu sendok gula dalam cawan
Kusedu air mendidih
Kuaduk dalm kesenjangan
Kulihat gula dan kopi saling tindih
Indahnya uap air menari
menari di atas pahit kopi
Kuanugrahkan mahkota di atas kepala kopi
Kubiarkan mereka saling berkelahi
Menang kalah siapa peduli
Begitu indah uap kopi menari
menari di kepala hitam kopi
Tak lagi kudapati mereka saling berkelahi
Berterbangan semerbak wangi kopi
Begitu hangat tuk dinikmati
Kuaduk lagi agar mereka bersatu tak beradu
Kusentuh hangat tubuhnya
Begitu hangat hingga rembulanpun tersipu malu
Semakin erat kudekap tubuhnya
Secawan kopi
Begitu hangat tubuhmu
Secawan kopi
Begitu indah pesonamu
Secawan kopi
Begitu harum tubuhmu
Secawan kopi
Begitu elok dikau merayu
Secawan kopi
Izinkanku lebih erat memelukmu
Secawan kopi
Izinkanku menikmati tubuhmu
Secawan kopi
Izinkanku mencumbu manis bibirmu
Secawan kopi
Izinkanku lebih lama mendekapmu
Secawan kopi
Izikanku mengaduk aduk isi hatimu
Secawan kopi
Kuteguk liurku karna kemolekan tubuhmu
Secawan kopi
Kusuka padamu
Secawan kopi
Sungguh kumenggilaimu
Secawan kopi
Sungguh kumencintaimu
Secawan kopi
Biar waktu merayu kuhanya ingin memilikimu
Secawan kopi
Takkan kubiarkan seekor semut menjamah tubuhmu
Bunga Dalam Mimpi
Pujaku |
Kukenal dikau dari jauh
Ingin kusapa dengan obrolan
Membisu hatiku rapuh
Hanya kukata dalam tulisan
Bak patung mulut terkunci
Bak batu berdiam diri
Berteman sunyi kusendiri
Mengukir kata mencipta puisi
Tersimpan dalam angan
indahmu bunga impian
Tersimpan rasa di hati
tak mampu kuarti
Kau datang dan pergi bak mentari
Tak mungkin kumerayu
Kau bunga dalam mimpi
Ingin kupetik dirimu
kutakut kau layu
Ingin kulukis indah pesonamu
berat tanganku hampa semu
Kau bunga dalam mimpi
takkan kumeraih
Kini kau terbang jauh
tinggalkanku dalam sepi
Kau pergi bersama embun pagi
SebaTan6 xehiduP4N
Rapuh |
Benih kau tanam
Tumbuh tunas berkembang
Kau sirami cinta meski waktu tenggelam
Kau rawat dengan berjuta kasih sayang
Bukan lagi tunas kau kunjungi di taman
Bukan lagi tunas haus kasih sayang
Bukan lagi tunas haus tanpa cinta
Lain kau dapati hanya sebatang pohon beranting berdaun
Meski
ranting goreskan luka di hatimu
daun berguguran sesakkan benakmu
akar surutkan air matamu
hingga air matamu kering dalam kelabu
Namun
engkaulah mentari bersinar setulus hati
Maaf
Maafkan daku
Daku bukan sebatang pohon idaman
Daku bukan sabatang pohon impian
Bukan
bukan sebatang pohon berbuah manis lebat bersemi di hati
Daku hanya sebatang pohon yang sering engkau jumpai di hulu jalan
Sebatang pohon dengan sebatang kehidupan
AKU
Rabu, 06 Oktober 2010
Puisi Untuk Ibu
Kerang tak pernah menyesal ketika harus kehilangan mutiara
Daunpun tak pernah menyesal ketika harus gugur dari pohonnya
Tapi aku pasti akan menyesal jika harus kehilangan dirimu
Dirimu wahai pujaan hatiku
Ibu
Langganan:
Postingan (Atom)